Halaman

Minggu, 05 Januari 2014

AGAMA DAN MASYARAKAT

     AGAMA DAN MASYARAKAT

Agama dan Mayarakat

Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan melalui pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam megubah kehidupan sosial, argumen rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan religi, dan sila katuhanan yang maha esa sampai pada pengalaman agama para tasauf. Bukti itu merupakan pendapat bahwa agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final dan ultimate.
Peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekankan pada hal-hal yang normatif atau menunjukan kepada hal-hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan. Dikarenakan latar belakang sosial yang berbeda-beda dari masing-masing umat beragama, maka masyarakat akan memiliki sikap dan nilai yang berbeda pula. Kebutuhan dan pandangan kelompok terhadap prinsip keagamaan berbeda-beda, kadang kala kepentingan dapat tercermin atau tidak sama sekali.


1.     Fungsi Agama
Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral, maka normalnya dikukuhkan dengan sanksi-sankisi sakral. Biasanya sankisi sakral tersebut memiliki kekuatan memaksa istimewa, karena hukuman yang bersifatnya duniawai dan supramanusiawi dan ukhrowi.
Fungsi agama dibidang sosial adalah sebagai fungsi penentu dimana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
            Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu pada saat dia tumbuh menjadi dewasa maka memeerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan untuk mengarahkan aktifitasnya dalam bermasyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadian.
a.   Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atua harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu, dan akan mengikuti kebenaran ajaran-ajaran agama .
b.   Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
c.   Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu yaitu orang yang benar-benar religius akan mencapai pengetahuan yang langsung dan subjektif.
d.   Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan, bahwa orang-orang religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok.
e.   Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.




Masyarakat-masyarakat industri secular
            Masyarakat industri bercirikan dinamika dan semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian dalam hubungan antar manusia itu sendiri.
Perkembangan IPTEK mempunyai konsekuensi penting bagi agama. Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menggapai masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekuar semakin meluas dan serign kali dengan pengorbanan lingkungan yang sakral.

2.     Pelembagaan Agama
            Agama begitu universal, permanen, dan mengatur dalam kehidupan sehingga bila tidak memahami agama akan sukar memahami masyarakat.
            Kaitan agama dengan masyarakat dapat dicerminkan menjadi 2 tipe meskipun tdak menggambarkan secara utuh, teori ini murut Elizabeth K. Nottingham :
A.  Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral
Masyarakat tipe ini kecil terisolasi, dan terbelakang. Karena anggota masyarkatnya rata-rata menganut agama yang sama. Sifat-sifatnya :
1)   Agama memesukan pengaruhnya yang sakral itu ke dalam sistem nilai masyarakat secara mutlak
2)   Dalam keadaan lembaga lain selain keluarga relatif belum berkembang, agama jelas menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat secara keseluruhan.

B.  Masyarakat-masyarakat praindustri yang sedang berkembang .
      Keadaan masyarakat ini tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi dibanding kan tipe yang pertama. Bagi mereka agama memberi arti dan ikatan kepada sistem nilai hidup dalam tiap masyarakat ini, tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sakral dan sekular itu sedikit-banyaknya masih dapat dibedakan.
Lembaga-lembaga keagamaan pada puncaknya berupa peribadatan, pola-pola ide dan keyakinan dan tampil pula sebagai asosiasi atau organisasi.Contohnya lembaga ibadah haji dan organisasi-organisasi keagamaan lain.
Organisasi keagamaan yang berkembang secara khusus semula dari pengalaman anggota tokoh kharismatik pendiri orgnisasi, kemudian menjadi organisasi keagamaan terlembaga. Contoh-contoh organisasi Keagamaan di indonesia contohnya adalah Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Ahmadiyah, dan masih banyak organisasi-organisasi lain di negeri kita ini yang belum kita ketahui.
Dan Tampilnya Organisasi keagamaan maka berdampak adanya “Perubahan batin” atau kedalaman beragama, mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan, dan sebagainya. Agama menuju ke pengkhususan fungsional, pengaitan agama tersebut mengambil bentuk dalam berbagai corak organisasi keagamaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar